Berbagai wilayah di Indonesia memiliki cara setiap dalam menyambut datangnya malam Lailatul Qodar. Pada waktu datangnya malam seribu bulan itu, Di kampung mengadakan suatu tradisi yang dinamakan Malam Selikuran. Malam Selikuran diyakini sudah terdapat semenjak awali penyebaran Agama Islam di Jawa.
Tradisi ini diperkenalkan oleh Wali Songo selaku tata cara dakwah Islam yang sudah disesuaikan dengan budaya Jawa. Tradisi Malam Selikuran diharapkan jadi fasilitas pengingat untuk perbanyak sedekah, introspeksi diri, serta pula menggiatkan ibadah- ibadah lain dalam 10 hari di Bulan Ramadan.
Makna Kata Malem Selikuran
Malem Selikuran berasal dari Bahasa Jawa ialah“ Malem” yang maksudnya malam, serta“ Selikur” yang maksudnya dua puluh satu.
Angka tersebut mengacu pada bertepatan pada 21 pada Bulan Ramadan yang jadi 10 hari terakhir di bulan tersebut. Dikala seperti itu waktu penantian malam Lailatul Qodar datang.
Tradisi ini diyakini telah terdapat semenjak dini penyebaran agama Islam di tanah Jawa. Tradisi ini diperkenalkan oleh Wali Sanga selaku tata cara dakwah Islam yang disesuaikan dengan budaya Jawa.
Dalam konteks tradisi ini terdapat pula yang berikan arti selikur selaku sing linuwih ing tafakur.
Tafakur berarti usaha buat mendekatkan diri pada Allah, sehingga sing linuwih ing tafakur bisa dimaksud selaku ajakan buat lebih aktif mendekatkan diri pada Allah.
Sebab itu tradisi Malem Selikuran diharapkan jadi fasilitas pengingat buat perbanyak serta tingkatkan ibadah, dalam bermacam wujudnya, dalam 10 hari terakhir Ramadhan.
Di kampung- kampung biasa diadakan kenduri ataupun doa bersama yang dilanjutkan dengan berbuka puasa bersama. Setelah itu pada malam sehabis berakhir Sholat Tarawih di masjid ataupun musholla diadakan kegiatan tasyakuran.
Adapun rangkaian kegiatan di pada malam selikuran yang di laksanakan sehabis sholat tarawih, di kampung- kampung tiap musholla mengadakan tasyakuran selaku rasa syukur sebab sudah melaksanakan puasa sepanjang 20 hari.
Saat sebelum tasyakuran umumnya terdapat mau'idoh hasanah ataupun pengajian pendek mengena 10 hari terakhir puasa ramadhan. Tasyakuran di kampung ini dapat di kategorikan cukup unik, tiap jamaah bawa bingkisan santapan yang berisi ikan serta lain sebagainya. Uniknya bingkisan tersebut di tukarkan dengan jamaah yang lain.