Postingan

Gharim Dapat Menerima Zakat, Dengan Syarat Berikut Ini

Mr. R
Please wait 0 seconds...
Scroll Down and click on Go to Link for destination
Congrats! Link is Generated

Salah satu pihak yang berhak menerima zakat merupakan gharimin( orang yang mempunyai utang), tetapi bagaimanakah syarat untuk gharim yang berhak menerima zakat, ketentuannya selaku berikut:

1. Beragama Islam
Ghârim berhak menerima zakat jika ia beragama Islam, begitu pula penerima zakat yang lain. Ibnu Mundzir rahimahullah berkata,“ Para Ulama’ sudah bersepakat kalau zakat itu tidak legal apabila diberikan kepada seseorang pakar dzimmah (non muslim).”( Al- Ijmâ’, Abu Bakr Muhmmad bin Ibrâhim Ibnu Mundzir an Naisabury).

2. al- Faqr( Miskin)
Ketentuan ini berlaku pada ghârim limaslahati nafsihi( buat kebutuhan individu), sebaliknya pada ghârim li ishlâhi dzâtil bayyin, ketentuan ini tidak berlaku. Maksudnya, ia boleh menerima zakat walaupun ia kaya.

3. Hutang Bukan Sebab Buat Maksiat
Bila hutang tersebut diakibatkan maksiat semacam judi, minum khamr, berbuat tabdzîr serta boros, hingga dia tidak diberi duit zakat. Imam Nawawi rahimahullah menarangkan,

“ Aku tidak sempat mengalami satu komentar pakar ilmu yang membolehkan zakat diberikan kepada orang yang terbelit hutang dalam rangka berbuat maksiat, saat sebelum dia bertaubat, kecuali pendapat lemah dari sebagian kecil Syâfi’ iyyah, semacam al- Hanathi serta ar- Râfi’ y, yang memandang mereka boleh diberi sebab Ghârim.( Al- Majmû’ Syarhul Muhadzab li Syairâzi, Imam Nawawi).

Gimana Hukum Orang Yang Terbelit Hutang Ribawi?

Riba ialah dosa besar serta tercantum maksiat yang sudah banyak menalan korban. Sebab tercantum maksiat, hingga yang terlilit hutang ribawi, dia tidak boleh diberi zakat buat melunasinya, kecuali bila bertaubat. Hendak namun untuk yang terpaksa berhutang dengan system riba buat kebutuhan pokok, semacam sandang papan ataupun pangan, hingga baitul mal boleh memberikannya zakat. Hukum darurat ini diukur cocok kebutuhan.( Abhâtsun fi Qadhâyâz Zakâtil Mu’âshirah).

4. Tidak Sanggup Mencari Pemasukan Lagi

Ulama’ berselisih dalam permasalahan ini. Sebagian Ulama syâfi’ iyah serta sebagian hanabilah memperbolehkan pemberian zakat pada orang yang masih sanggup bekerja. Bagi penyusun kitab Abhâtsun fi Qadâyâz Zakât, hukum yang benar dalam permasalahan ini ialah apabila hutangnya banyak serta ia kesusahan sekali buat melunasinya hingga dia boleh menerima zakat meski dia masih sanggup bekerja. Hendak namun kebalikannya, bila hutangnya sedikit ataupun pihak pemberi hutangan membagikan bonus waktu hingga hendaknya dia tidak mengambil zakat serta berupaya buat melunasinya( sendiri).

5. Bukan Generasi Bani Hâsyîm( Generasi Saudara Rasulullahﷺ)

Rasûlullâhﷺ bersabda:

إِنَّهَذِهِالصَّدَقَاتِإِنَّمَاهِىَأَوْسَاخُالنَّاسِوَإِنَّهَالاَتَحِلُّلِمُحَمَّدٍوَلاَلآلِمُحَمَّدٍ

“ Sebetulnya sedekah ini merupakan kotoran manusia( 17), serta dia tidak halal buat Muhammad Shallallahu‘ alaihi wa sallam serta pula keluarga Muhammad Shallallahu‘ alaihi wa sallam“.( HR. Muslim, Shahîh Muslim bi Syarh Imam Nawawi).

( 17) Diucap kotoran sebab dengan menghasilkan zakat, harta yang dipunyai seorang jadi bersih serta suci begitu pula jiwa orang yang mengeluarkannya.

6. Waktu Pelunasan Telah Jatuh Tempo
Jatuh tempo ialah ketentuan yang diperselisihkan oleh para Ulama’. Ibnu Muflih rahimahullah berkomentar,“ Hukum yang terlihat dari hadits Qabishah Radhiyallahu‘ anhu, kalau gharim boleh mengambil zakat meski belum jatuh tempo.”( Darul Kutubil Ilmiyyah).

Tetapi Imam Nawawi rahimahullah melaporkan kalau gharim tidak boleh diberi zakat kecuali sehabis jatuh Tempo.( Al- Majmu’ Syarhul Muhadzdzab).

Dokter. Sulaiman al- Asqar memantapkan komentar awal dengan catatan, baitul mal boleh menghasilkan zakat buat ghârim tersebut, apabila jatuh tempo tinggal sebagian bulan ataupun telah masuk dalam tahun jatuh tempo. Bila temponya masih sebagian tahun ataupun lebih dari satu tahun hingga tidak berhak menerima zakat buat melunasi hutang, kecuali keadaan orang yang membagikan hutangan dalam kondisi sakit ataupun memerlukan. Wallahu A’ lam.( Abhâtsun fi Qadhâyâz Zakâtil Mu’âshirah).

7. Ghârim Bukan Tercantum Dalam Tanggungan Muzakki( Orang Yang Berzakat).

Apabila gharîm terletak dalam tanggungan muzakki semacam istri ataupun saudara lain, hingga zakat yang diberikan kepada orang- orang ini tidak legal. Sebab seolah- olah ia membelanjakan harta buat dirinya sendiri. Oleh sebab itu, apa yang dikeluarkan ini tidak dapat dinamakan zakat, tetapi dikira selaku nafkah yang diberikan oleh kepala rumah tangga buat keluarganya. Orang- orang yang tercantum dalam tanggungan muzakki merupakan istri, anak serta keturunannya serta Ayah dan kakek keatas.( al- Fiqhul Islâmy wa Adillatuhu).

Posting Komentar

Cookie Consent
We serve cookies on this site to analyze traffic, remember your preferences, and optimize your experience.
Oops!
It seems there is something wrong with your internet connection. Please connect to the internet and start browsing again.
AdBlock Detected!
We have detected that you are using adblocking plugin in your browser.
The revenue we earn by the advertisements is used to manage this website, we request you to whitelist our website in your adblocking plugin.
Site is Blocked
Sorry! This site is not available in your country.